1. Penilaian Baik dan Buruk
Menurut Ajaran Agama
Seluruh agama di dunia
ini mengajarkan kebaikan. Ukuran baik dan buruk menurut norma agama lebih
bersifat tetap, bila dibandingkan dengan ukuran baik dan buruk dimata nurani,
rasio, adat istiadat, dan pandangan individu. Keempat ukuran tersebut bersifat
relatif dan dapat berubah sesuai dengan ruang dan waktu. Ukuran baik dan buruk
yang berlandaskan norma agama kebenarannya lebih dapat dipercaya dan dapat
dipertanggungjawabkan, karena norma agama merupakan ajaran Tuhan Yang Maha
Suci. Disamping itu, ajaran Tuhan lebih bersifat universal, lebih terhindar
dari subyektifitas individu maupun kelompok
2. Penilaian Baik dan Buruk Menurut
Adat Istiadat
Menurut aliran ini baik atau buruk
ditentukan berdasarkan adat istiadat ynag berlaku dan ditentukan berdasarkan
adat istiadat yang berlaku dan dipegang teguh oleh masyarakat. Orang yang
mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang baik, dan orang yang
menentang dan tidak mengikuti adat istiadat dipandang buruk, dan kalau perlu
dihukum secara adat.
Di dalam masyarakat kita jumpai
adat istiadat mengenai tata cara berpakaian, makna, minum, bertandang dan
sebgainya.morang yang mengikuti cara-cara demikianlah yang disebut orang baik
dan sebaliknya.
Kelompok yang menilai baik dan
buruk berdasarkan adat istiadat ini dalam tinjauan filsafat dikenal dengan
istilah aliran sosialisme. Munculnya paham ini bertolak dari anggapan karena
masyarakat itu terdiri dari manusia, maka ada yang berpendapat bahwa
masyrakatlah yang menentukan baik buruknya tindakan manusia yang menjadi
anggotanya.
3. Penilaian Baik dan Buruk Menurut
Kebahagiaan (Hedonisme)
“Tingkah laku atau perbuatan
yang melahirkan kebahagiaan dan kenikmatan/kelezatan”. Ada
tiga sudut pandang dari faham ini yaitu (1) hedonisme individualistik/egostik
hedonism yang menilai bahwa jika suatu keputusan baik bagi pribadinya maka
disebut baik, sedangkan jika keputusan tersebut tidak baik maka itulah yang
buruk; (2) hedonisme rasional/rationalistic hedonism yang berpendapat bahwa
kebahagian atau kelezatan individu itu haruslah berdasarkan pertimbangan akal
sehat; dan (3) universalistic hedonism yang menyatakan bahwa yang menjadi tolok
ukur apakah suatu perbuatan itu baik atau buruk adalah mengacu kepada akibat
perbuatan itu melahirkan kesenangan atau kebahagiaan kepada seluruh makhluk.
4. Penilaian Baik dan Buruk Menurut
Bisikan Hati
Bisikan hati adalah “kekuatan batin yang dapat
mengidentifikasi apakah sesuatu perbuatan itu baik atau buruk tanpa terlebih
dahulu melihat akibat yang ditimbulkan perbuatan itu”. Faham ini merupakan
bantahan terhadap faham hedonisme.
Tujuan utama dari aliran ini adalah keutamaan, keunggulan, keistimewaan yang
dapat juga diartikan sebagai “kebaikan
budi pekerti”
5. Penilaian Baik dan Buruk
Menurut Pragmatisme
Aliran ini menititkberatkan pada
hal-hal yang berguna dari diri sendiri baik yang bersifat moral maupun material.
Yang menjadi titik beratnya adalah pengalaman, oleh karena itu penganut faham
ini tidak mengenal istilah kebenaran sebab kebenaran bersifat abstrak dan tidak
akan diperoleh dalam dunia empiris.
6. Penilaian Baik dan Buruk Menurut
Evolusi
Menurut mereka yang menganut paham
ini segala sesuatu dialam mengalami evolusi yaitu berkembanng dari apa adanya
menuju kepada kesempurnaan.
Herbert Spencer (1820-1903) salah
seorang ahli filsafat Inggris yang berpendapat evolusi ini mengatakan bahwa
perbuatan akhlak itu tumbuh secara sederhana, kemudian berangsur meningkat
sedikit demi sedikit berjalan keb arah cita-cita yang dianggap sebagai tujuan.
Cita-cita manusia dalam hidup ini
menurut paham ini adalah untuk mencapai kesenangan dan kebahagiaan. Menjadi
suatu keharusan bagi paham ini untuk mengubah dinya menurut keadaan yang ada
disekelilignya, sehingga dengan demikian sampailah ia kepada kesempurnaan atau
kebahagiaan yang emnjadi tujuanny.
Dalam sejarah paham evolusi Darwin
(1809-1882) adalah seorang ahli pengetahuan ynag paling banyak mengemukakan
teorinya. Ia memberikan penjelasan tentnag hal ini dalam bukunya The Origin of
Species. Dikatakan bahwa perkembangan alam didasari oleh ketentuan-ketentuan
berikut :
-Ketentuan alam maksudnya yaitu
bahwa alam yang menyaring segala yang maujud mana yang bertahan dialah yang
terus hidup.
-Perjuangan hidup
-Kekal bagi yang lebih pantas
7. Penilaian Baik dan Buruk Menurut
Utilitarisme
Secara harfiah utilis berarti
berguna. Menurut paham ini yag baik adalah yang berguna. Paham penentuan baik
buruk berdasarkan nilai guan ini mendapatkan perhatian dimasa sekarang. Dalam
abad sekarang ini kemajuan dibidang teknik cukup meningkat dan kegunaanlah ynag
menentukan segalanya. Namun demikian paham ini terkadang cenderung extrim dan melihat
kegunaan hanya dari sudut pandang materialistik. Selain itu paham ini juga
menggunakan apa saja yang dianggap ada gunanya.
Namun demikaian kegunaan dalam arti
bermanfaat yang tidak hanya berhubungan dengan materi melainkan juga dengan
yang bersifat rohani agar bisa diterima. Dan kegunaan bisa juga diterima jika
yang diguankan itu hal-hal ynag tidak manimbulkan kerugian bagi orang lain.
Nabi misalnya menilai bahwa orang yang baik adalah orang yang member manfaat
pada orang lain.
Tokoh-tokoh dalam paham ini antar
lain:
• Jeremy Betham (1748-1832)
Betham memandang kebahagiaan diukur
secara kuantitatif. Ukuran baik dan buruk itu kelezatan yang terbesar bagi
bilangan yang terbanyak,
• John Stuart Mill (1806-1873)
Menurut Mill kebahagian tidak hanya
diukur melalui kuantitas, tetapi perlu dipertimbangkan pula kualitasnya, karena
kesenangan ada yang tinggi dan ada pula yang rendah mutunya. Kebahagiaan yang
menjadi norma etis adalah kebahagiaan semua orang yang terlibat dalam suatu
kejadian.
8. Penilaian Baik dan Buruk Menurut
Marxisme
Berdasarkan “Dialectical Materialsme” yaitu segala sesuatu yang ada
dikuasai oleh keadaan material dan keadaan material pun juga harus mengikuti
jalan dialektikal itu. Aliran ini memegang motto “segala sesuatu jalan dapatlah
dibenarkan asalkan saja jalan dapat ditempuh untuk mencapai sesuatu tujuan”. Jadi apapun dapat dipandang baik
asalkan dapat menyampaikan/menghantar kepada tujuan.
9. Penilaian Baik dan Buruk Menurut
Eudamonisme
Prinsip pokok faham ini adalah
kebahagiaan bagi diri sendiri dan kebahagiaan bagi orang lain. Menurut
Aristoteles, untuk mencapai eudaemonia ini diperlukan 4 hal yaitu (1)
kesehatan, kebebasan, kemerdekaan, kekayaan dan kekuasaan, (2) kemauaan, (3)
perbuatan baik, dan (4) pengetahuan batiniah.
10. Penilaian Baik dan Buruk
Menurut Komunisme
Suatu cara pandang manusia untuk
menentukan baik dan buruknya suatu hal berdasarkan keadilan yang harus merata
dan tidak mementingkan kaum atas.
Sumber:
http://rizalkahfi.blogspot.com/2015/03/cara-penilaian-baik-dan-buruk.html
informasi yang sangat bermanfaat sekali...
BalasHapussolder uap